Lakukan sekarang juga. Jangan tunda hari esok. Belajar yang banyak
dan terus belajar. Duiele kesannya �sadis� banget neh ( bossy ya? Hehehe). Tapi nggak
apa-apa, ini bukan doktrin, tapi anggap saja sebagai penyemangat kita-kita
untuk tetap terus belajar. Sampai kapan pun. Pokoknya, tiada hari tanpa
belajar. Kamu bisa belajar di sekolah, di pesantren, di majelis taklim, di
rumah, di masyarakat sekitar, dari koran, majalah, tabloid, televisi, radio,
internet, termasuk di warung kopi, angkutan umum, dan seabrek fasilitas
lainnya. Kamu bisa belajar apa pun dari tempat-tempat tersebut. Nggak perlu males.
Dan memang nggak boleh males. Oke? Semangat terus!
Sobat muda muslim, belajar emang bikin kita jadi cerdas. Jangan
khawatirkan kemampuan otak kita untuk menerima masukan informasi. Nggak bakalan
luber. Kalo tong sampah sih iya, makin banyak diisi, bisa luber juga meski
ukurannya udah segede apa tahu. Tapi otak kita, meski kecil namun memiliki
ruang penyimpanan memori yang cukup luas. Ukuran mini kualitas maxi , begitu kata-kata yang bisa
kita contek dari sebuah iklan untuk menggambarkan potensi otak kita.
Sekadar tahu aja, saya kutipkan neh dari bukunya Pak Fauzil �Adhim, Dunia
Kata , beliau menuliskan beberapa pendapat pakar tentang kemampuan
mengingat dari manusia. Di antaranya pendapat John Griffith, seorang ahli
matematika mengatakan, �Setiap manusia normal
mampu mengingat 1.000.000.000.000 (10 11 ) bit informasi�. Sementara John von Neumann, ahli teori
informasi, menghitungnya sampai 280.000.000.000.000.000.000 (280 diikuti
delapan belas angka nol di belakangnya) atawa 280 kuintiliun bit). Oya, kamu
perlu tahu, bahwa setiap satu bit mewakili satuan informasi terkecil, misalnya �ya�, �tidak�, �i� atau �o�, �on� atau �off�.
Nah, jadi sebenarnya nggak ada alasan untuk males belajar. Kalo
masih ada yang bilang bahwa dengan banyak belajar ubun-ubun kita bisa ngebul,
itu cuma karena kita nggak bisa mengelola waktu dan cara belajarnya aja. Kalo
baik mengelolanya, insya Allah bisa deh kita belajar dengan efektif tanpa perlu
ubun-ubun ngebul. Menurut saya sih itu cuma faktor kelelahan baik fisik maupun
psikis. Itu saja.
Kita mampu mengingat informasi sebanyak itu? Bisa kok. Cobalah
tengok teman-teman yang kebetulan hapal al-Quran yang jumlah juz-nya 30 itu
(dan ingat, tentunya ia juga hapal tajwid-nya). Hebat banget tuh. Padahal buat
kita yang nggak biasa belajar dan ngapalin seluruh isi al-Quran bakalan tekor
tuh. Jangankan tiga puluh juz, juz 30 (Juz �Amma) aja kayaknya kita banyak yang nggak hapal.
Nah, itu baru hapal Quran, gimana dengan merekayang hapal Quran
sekaligus hadis? Imam Bukhari contohnya, beliau sanggup menghapal ratusan ribu
hadis lengkap dengan sanad dan rawinya. Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Abu
Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hambal pun, empat mujtahid yang hasil ijtihadnya
banyak dijadikan rujukan kaum muslimin di seluruh dunia ini merupakan ulama
sekaligus pelajar andal yang sanggup menguasai seluk-beluk ilmu fiqih. Subhanallah. Dan itu, nggak
ujug-ujug bisa, tapi melalui proses belajar yang cukup lama, panjang, dan
bahkan melelahkan.
Sobat muda muslim, kita insya Allah bisa. Bisa pinter, bisa punya
wawasan banyak. Semuanya karena dimulai dengan belajar. Ya, belajar. Terus dan
terus. Bahkan Imam Syafi'i dalam mencari ilmu memiliki semboyan yang bagus
banget. Kata beliau, �Carilah ilmu
seperti halnya seorang ibu yang kehilangan anak perawannya.� Artinya, dicari
terus sampe dapet. Nggak pernah bosen, nggak pernah malas, nggak pernah putus
asa. Belajar terus sampe dapat ilmu banyak. Jangan heran kalo Imam Syafi'i
begitu dihargai dan dihormati kaum muslimin karena tingkat keilmuannya yang
fantastis. Sekali lagi, itu cuma bisa diraih dari belajar. Nggak belajar, ya
nggak dapet apa-apa. Tul nggak?
Oya, Allah Swt. akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang
beriman dan berilmu. Jadi berbahagialah kalo kita udah beriman dan berilmu.
Allah Swt. udah ngejelasin dengan gamblang dalam firmanNya:
�...niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.� (QS al-Mujaadilah
[58]: 11)
Bahkan nih, saking pentingnya punya ilmu dan ketakwaan, Imam
syafi'i pernah bilang begini, �Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu
dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak
ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).�
Wadau, mau disindir kayak gitu? Nggak lha yauw. Makanya, untuk
bisa punya ilmu dan ketakwaan, resepnya cuma satu: belajar. Bener lho, kagak
bo'ong! Suer banget.
Maka, untuk urusan belajar ini, nggak salah dong kalo Rasulullah
saw. menyampaikan: �Apabila Allah
menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu
agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.� (HR Bukhari)
Belajar
dari mereka yang berhasil
Nah, sebagai pemuda, kita harus memiliki ilmu dan ketakwaan.
Bisa berilmu dan bertakwa pastinya kalo udah belajar dong ya. Jadi intinya,
jangan malas belajar. Kita kepengen banget menjadi kebanggaan umat dan agama
Allah ini. Kayaknya, kita mesti mencontoh Usamah bin Zaid yang masih muda
belia, usianya 18 tahun saat diangkat menjadi Panglima Perang oleh Rasulullah
saw. untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yang
berada di bawah kekuasaan Romawi pada waktu itu. Menakjubkan, bukan?
Usamah bin Zaid memang jago bin ahli perang. Keahliannya itu
diperoleh karena terus mengasah diri untuk belajar. Karena, emang nggak ada
orang yang langsung bisa pinter dan lihai keterampilannya tanpa melalui proses
belajar. Ali bin Abu Thalib satu dari sekian ribu sahabat Rasulullah saw. yang
diberikan pujian oleh Rasulullah sebagai sahabat yang berilmu tinggi.
Eh, kamu tahu Linkin
Park ? Grup band asal California yang 13 Juni 2004 lalu bikin
goncang Jakarta, memang fenomenal. Salah satu lagunya yang asyik punya adalah �Breaking the Habit� . Mike Shinoda,
pentolan grup band yang mengusung irama musik �gado-gado� ini, ternyata
mencipta lagu asyik tersebut selama hampir enam tahun. Jelas, selama hampir
enam tahun itu nggak mungkin nggak belajar. Pasti dia belajar dan terus
mengembangkan lirik tersebut lengkap dengan iramanya yang nyetel abis.
Hasilnya, lumayan menggebrak, sampe-sampe kamu yang ngefans nggak nyadar udah
melantunkan potongan syair: �...I don't why I got this way/ I know it's not alright/ So I'm/
Breaking the habit tonight...� yang suka dibawain oleh suara serak dan sedikit berteriak milik
Chester Bennington.
Sobat muda muslim, David Beckham, meski udah jago ngegocek bola,
tapi dia merasa harus terus belajar untuk meningkatkan kualitas sepakannya,
terutama kalo kebetulan jadi eksekutor tendangan bebas langsung ke gawang.
Setiap malam sehabis latihan rutin, suaminya Victoria Adams ini selalu belajar
dan berlatih untuk menendang bola agar masuk ke lubang ban mobil yang digantung
di tiang dari jarak tertentu. Hasilnya? Kapten timnas Inggris ini masuk jajaran
eksekutor tendangan bebas yang berbahaya bagi kiper lawan.
Sekadar
tips
Sobat muda muslim, saya yakin kalo kamu pun udah pada punya tips
sendiri untuk selalu belajar dalam hidup ini. Itu akan menjadi patokan buat
kita dalam melangkah. Intinya sih, jangan malu dan malas untuk belajar. Oke
deh, nih ada sedikit tips buat kamu:
Jangan cepat puas.
Perasaan cepat puas dalam diri kita kudu segera dikubur
dalam-dalam. Nggak baik cepat puas ketika belajar. Jangan sampe baru bisa
belajar di level 2 (dalam skala 10) kita udah merasa cukup puas. Lalu malas
belajar. Dalam urusan yang lain, cepat puas boleh-boleh saja kok. Misalnya,
udah puas bisa meraih kekayaan materi. Tapi dalam mencari ilmu, jangan cepat
puas dengan hasil yang udah kita dapet. Cari terus sebanyak-banyaknya. Yup,
belajar tak pernah henti. Terus belajar sampai mati.
Meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak.
Ini perlu banget sobat. Untuk kesuksesan kita juga kok. Konon
kabarnya Bill Gates saja, untuk bisa membangun kerajaan bisnis Microsoft, pergi
jam 6 pagi dan pulang jam 2 dinihari. Ia melakukan riset dan belajar serta
mengembangkan program-program andalan yang kelak bisa dinikmati masyarakat
dunia. Sekarang, selain pinter, jumlah kekayaan doi setara dengan jumlah total
kekayaan dari seperempat jumlah total penduduk Amrik (jumlah penduduk Amrik
pada tahun 2004 aja, adalah sekitar 280 juta jiwa. Wow!). Tahun 2005 ini doi
kembali jadi juragan terkaya di dunia. Jadi, luangkan waktu lebih banyak untuk
belajar. Jujur saja, waktu 24 jam dalam sehari tiap orang sama. Allah
memberikan sama kepada setiap orang. Mereka yang berhasil dan sukses biasanya
yang pandai memanfaatkan waktunya. Ada yang memanfaatkan waktu luang dengan
santai, ada yang malah belajar. Jadi, yang membedakan mereka yang sukses dengan
yang gagal salah satunya adalah dalam memanfaatkan waktunya. Betul ndak?
Jangan
porsir otak kita.
Meski memiliki
kapasitas penyimpanan memori yang besar, tapi perlakukan otak kita dengan baik.
Jangan porsir dengan terus-menerus. Biarkan beberapa waktu otak kita melakukan
relaksasi dan pelemasan. Hibur dengan berbagai aktivitas yang menyegarkan dan
menyenangkan. Misalnya dalam liburan ini kita ajak otak untuk jalan-jalan
menikmati keindahan alam atau berpikir untuk yang ringan dulu. Tapi jangan
kebanyakan waktu nyantai dan ringannya ya khawatir nanti otak kita merasa
terbiasa nyantai dan malah susah lagi untuk diajak belajar. Kan berabe tuh.
Jadi, sewajarnya saja.
Manfaatkan kesempatan sebaik
mungkin.
Kata pepatah,
kesempatan cuma datang sekali. Jadi, bersiaplah untuk menyambutnya. Lakukan
sekarang juga, jangan tunggu esok. Saat ini, ketika masih muda, kesempatan itu
segera manfaatkan untuk belajar. Jangan tunggu hari esok, apalagi kalo udah tua,
selain susah mengingat, juga cepat lelah tenaga. Nggak mau dong kamu kayak
gitu? Belajar tuh kapan aja, di mana saja, dan kepada siapa aja. Kalo ada
kesempatan, langsung deh manfaatkan. Oke?
Pelajari, pahami, dan amalkan.
Nah, ini penting juga
sobat. Karena kita anak ngaji, maka nggak cuma belajar doang, tapi setelah
dipahami kudu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Buat kita, dan juga buat
orang lain. Jadi memang kudu didakwahkan. Soalnya memang sayang banget, kita
udah banyak tahu selama belajar, kita juga udah paham luar-dalam, tapi nggak
disampaikan lagi ke orang lain. Jangan sampe begitu deh.
Sobat muda muslim, itu
sekadar tips kecil aja kok. Moga bisa memberikan nilai yang berarti buat hidup
kita. Sebagai anak ngaji. Kita juga nggak bisa cukup puas diri dengan hasil
yang udah kita peroleh selama ini. Sebaliknya, karena tantangan dakwah kian
besar, semangat kita untuk memiliki ilmu yang banyak tentunya kudu terus
dikobarkan. Nggak boleh padam. Jangan sampe kalah semangat oleh mereka yang
memiliki tujuan hidup lebih rendah dari kita. Sebagai pengemban dakwah, kita
belajar untuk bisa mengasah kemampuan kita dalam memberikan pencerahan kepada
orang lain. Lebih mulia dalam pandangan Allah, bukan?
Nah, untuk memiliki
semua ilmu, khususnya yang berkaitan dengan ajaran dan dakwah Islam, nggak ada
cara lain kecuali belajar, belajar, dan belajar. Ayo, kamu bisa! Saya percaya,
kamu bisa! [solihin]
Sumber :
STUDIA Edisi 249/Tahun
ke-6 (20 Juni 2005)
0 komentar:
Posting Komentar