Kamu suka nonton pertandingan
sepakbola? (mana neh para JakMania dan siapa aja yang jadi Serdadu Bonek?) Yap,
dalam pertandingan sepakbola, sebuah tim terdiri dari sebelas orang, itu
sebabnya disebut kesebelasan. Dari sebelas orang itu kemampuannya berbeda-beda
dan sangat spesifik sesuai keahliannya. Ada yang bertugas jadi penjaga gawang.
Meski �kerjaannya' lebih
banyak diem tapi bukan berarti paling enak. Tetep punya tanggung jawab di
bidangnya.
Nah, karena sangat disadari betul
sehebat apa pun sang penjaga gawang tetap harus dibantu pemain belakang (bek:
kiri, tengah, dan kanan), malah ada juga pelatih yang memasang wing back segala. Biasanya ini
untuk membantu serangan. Coba deh, Gianluigi Buffon yang jadi kiper Juventus
meski doi jagoan, nggak bakalan tahan kalo tanpa dibantu Fabio Cannavaro dkk di
lini belakang.
Pelapisan kekuatan itu untuk
mengantisipasi kemampuan penjaga gawang yang ada batasnya. Di sinilah
diperlukan kerjasama. Nggak boleh seorang striker
alias penyerang merasa paling berjasa karena bisa menceploskan bola
ke gawang lawan. Mustahil, tanpa dukungan semua pemain dengan kemampuan dan
keahliannya masing-masing bakalan menuai hasil maksimal. Kalo sendirian? Babak
belur!
Kerjasama seperti ini asyik
dilaksanakan dan enak buat yang nonton. Semuanya bergerak untuk menciptakan
irama dan dinamika permainan yang oke punya. Bahkan, beragam pemain dengan
tingkat kemampuan yang berbeda sulit disatukan jika seorang pelatih nggak
ngerti en nggak menguasai teknik sepakbola dan pandai memoles sisi psikologis
pemain. Iya kan?
Kemampuan dan kebijakan seorang
pelatih diharapkan mampu mensinergikan kekuatan para pemain. Ada saatnya
merotasi pemain jika kebetulan punya skuad banyak di satu posisi. Misalnya, ia
harus pandai membujuk dan meyakinkan pemain bahwa pola rotasi yang
digulirkannya tanpa maksud mengecilkan peran dari pemain tertentu. Tapi bisa
dijelaskan bahwa hal itu sebagai bentuk penghematan tenaga, apalagi
kompetisinya ketat seperti di Liga Inggris.
Terus kalo menghadapi pemain yang
ogah dirotasi, tugas pelatih dan jajarannya untuk menjelaskan dan membantu
meyakinkan bahwa keutuhan tim dan kerjasama harus dikedepankan tanpa melukai
perasaan invidu pemain. Meski pada praktiknya kadang sulit dihindarkan dengan
tanpa mencederai hati para pemain yang kebetulan �tersisih' sementara. Ya, namanya juga
manusia.
Itu sebabnya yang terpenting bukan
sebisa mungkin berbuat adil dan menyenangkan tiap individu pemain, tapi harus
diciptakan komunikasi yang terbuka. Pelatih bisa menerima kritik dan saran dari
pemain, mau dan mampu mendengar keluhannya dan menentukan keputusan yang bijak
dan obyektif. Pemain pun dituntut untuk berjiwa besar jika kebetulan duduk di
bangku cadangan dengan alasan yang memang bisa dipertanggung-jawabkan. Bukan
karena alasan politis atau karena sentimen pribadi dari pelatih atau pihak
manajemen. Iya nggak?
Selain itu, suasana kompetisi yang
sehat juga harus dibudayakan. Misalnya saja, bagi pemain yang bisa mencetak gol
ke gawang lawan diberikan bonus tertentu. Kemudian untuk yang melakukan
pelanggaran berat atau mangkir saat latihan, bisa dikenakan denda atau sanksi
administratif seperti tidak boleh bermain dalam satu pertandingan. Begitu pula �reward and punishment' diberlakukan kepada pihak manajemen. Mulai
dari official tim,
asisten pelatih sampe menajer tim. Rasanya, bukan mustahil jika tercipta
kenyamanan karena kita bisa bekerjasama dengan baik dan benar sesuai porsi dan
kemampuannya masing-masing. Oke nggak tuh?
Sobat muda muslim, belajar dari
fakta tentang sepakbola di atas, rasa-rasanya kita tak perlu sedih dalam hidup
ini karena memang kita tak sendiri. Adanya teman, guru, keluarga, dan
orang-orang yang bisa memberikan kenyamanan, kedekatan, perhatian, kepedulian,
kepercayaan akan menjadikan kita lebih berarti dalam hidup ini. Kita akan
bekerjasama untuk mewujudkan impian terindah dalam hidup kita. Ya, karena kita
tak sendiri.
Berbahagialah punya teman
Memiliki teman bisa menjadikan hidup
lebih hidup. Minimal kita nggak kesepian di dunia ini. Kita masih punya teman
untuk berbagi cerita, berbagi kesedihan, termasuk berbagi kebahagiaan. Kita,
nyaris selalu merasa lega setelah berbagi dengan orang lain. Apalagi jika orang
itu amat dekat dengan kita secara psikologis. Asyik tenan.
Nggak salah-salah amat kalo Alan
Loy McGinnie berkomentar: �Orang-orang
dengan persahabatan yang dalam dan langgeng bisa pendiam atau suka ngobrol,
bisa muda atau tua, bisa membosankan atau menarik, bisa pandai atau bodoh, bisa
sederhana atau berpenampilan baik; tetapi satu karakteristik mereka yang selalu
sama adalah: keterbukaan.�
Yup, benar. Keterbukaan adalah
modal sebuah persahabatan. Kalo udah saling terbuka, maka kita akan tahu
masing-masing dari kita. Kita jadi TST alias tahu sama tahu soal kelebihan
masing-masing, termasuk kekurangan masing-masing. Kalo udah begini, biasanya
kita akan saling melengkapi. Bahkan tak jarang akan memicu kita untuk saling
terwarnai. Jadi jangan heran kalo ada orang yang bersahabat dengan seseorang,
sampe perilaku dan gayanya mirip banget. Sulit dikatakan kalo satu sama lain saling
mencontek, tapi saya yakin, mereka saling memberi insipirasi satu sama lain.
Inilah enaknya bersahabat baik.
Sobat muda muslim, saya yakin
banget kalo teman bisa memberikan inspirasi buat kita. Terlepas dari apakah
inspirasinya salah atau benar. Kasus narkoba yang mudah menyebar lewat peer group (kelompok teman
sebaya), menjadi bukti kuat bahwa kumpulan itu saling memberi warna dan
inspirasi buat yang lain. Mungkin awalnya satu orang yang berani ngisep ganja,
lama-lama menularkannya kepada yang lain.
Yup, banyak jalan menuju ke sana.
Bisa karena sama-sama ada masalah dengan keluarganya, dan kasusnya mirip.
Kemudian ketika sang teman nyandu putauw, ia terinspirasi untuk melakukan �kegiatan' yang sama, dengan alasan temannya
melakukan itu sebagai �solusi'
atas masalah yang sedang dihadapinya. Atau lihat deh gimana akrabnya Bonnie and
Clyde, dua orang perampok kesohor di Amrik dulu, bahkan sempat difilmkan
segala, pastinya mereka saling memberi inspirasi dalam melakukan aksi
perampokannya, tapi ini inspirasi dalam kejahatan. Nah lho? Saya pernah
menerima rengekan anak saya minta dibelikan sebuah makanan, ia �terinspirasi' temannya yang telah lebih
dulu mengunyah makanan yang dia maksud. Teman anak saya telah menjadi inspirasi
bagi anak saya untuk berbuat hal yang sama.
Oke deh, karena teman ini sangat
berpengaruh dalam hidup kita, dan bahkan mampu memberi inspirasi buat kita,
tolong deh untuk membiasakan mencari teman yang baik-baik. Jadi, inspirasi yang
muncul dan kita ikuti juga adalah hal yang baik-baik. Siap kan? Supaya apa?
Selain berteman menjadikan kita tak merasa sendiri dalam hidup ini, juga agar
pergaulan kita juga sehat. Tul nggak seh?
Tak pernah benar-benar
sendiri
Sobat muda muslim, dalam hidup ini
segalanya bisa saja berubah-ubah. Jalan yang kita tempuh tuh nggak lurus terus,
pun nggak melulu berkelok-kelok. Itu sebabnya, jika suatu saat karena dakwah
kita menyebabkan orang lain menjauhi kita, kita jangan kaget. Karena hidup tak
bisa selamanya memilih dengan pilihan yang baik-baik saja menurut ukuran kita.
Ini risiko yang telah kita ambil.
Risiko yang nggak jarang bikin
sebagian dari kita berguguran di tengah jalan. Nggak kuat nahan bebannya. Itu
sebabnya, kesabaran dan keimanan yang mantep sangat dibutuhkan dalam mengarungi
medan dakwah ini. Selain itu, tentu kudu ikhlas juga dong ya.
Para pendahulu kita juga pernah
mengalami hal demikian. Allah Swt. mengabadikannya dalam al-Quran: �Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: �Bilakah datangnya pertolongan Allah?� Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat.� (QS al-Baqarah [2]: 214)
Beliau saw. pun pernah berdoa di
kebun anggur milik seorang Nasrani, Uqbah bin Rabi'ah setelah dakwahnya di
Thaif tidak mendapat sambutan, tetapi sambitan. Rasulullah saw. berdoa seperti
ini: �Ya Allah,
kepadaMu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan
ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, Engkaulah Pelindung bagi si lemah, dan Engkau jualah
Pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak
murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang
telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajahMu, yang
menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dari
murkaMu yang hendak Engkau turunkan kepadaKu. Hanya Engkaulah yang berhak
menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya
dan kekuatan apapun selain atas perkenanMu�
Meski demikian, Rasulullah saw.
pun tetap semangat dan berani dalam berdakwah. Beliau pernah berkata kepada
pamannya ketika diminta untuk mengurangi kegiatan dakwahnya,: �(Paman), demi Allah, seandainya mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah
memenangkan agama ini atau aku hancur karenanya.�
Berbagai penyiksaan pun dialami
para sahabatnya. Pembesar Quraisy sendiri bahkan sempat akan membunuh Muhammad.
Berat juga emang. Ya, begitulah, menyampaikan kebenaran Islam kepada mereka
yang mulai pudar dengan Islamnya, apalagi yang membenci Islam, akan ada aja
gesekannya. Maklumlah, seperti kata pepatah �bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kegelapan, cahaya
terang memang menyilaukan�.
Pantes aja kalo kita ngasih tahu sama mereka yang masih doyan maksiat, suka
reaktif. Langsung kaget dan mungkin menyerang kita, dari yang sekadar umpatan
sampe pukulan.
Padahal, maksud kita juga adalah
menolongnya. Sekadar mengingatkannya. Dan itu bukan berarti kita udah benar en
suci. Sangat boleh jadi kita juga masih perlu belajar banyak. Ya, kita
sama-sama aja jalan ke arah kebaikan. Kata Kahlil Gibran, �Engkau buta, sedangkan aku bisu tuli. Jadi
mari berpegangan agar mengerti�
Tul nggak?
Kesabaran dan istiqomah juga harus
dimiliki setiap pegiat dakwah. Bahkan itu akan menjadi penghibur kita di kala
sedih. Biarlah sekarang kita dbilangin sok tahu, mau menang sendiri, sok suci,
tukang kritik orang, fanatik, fundamentalis. Meski semua itu juga nggak benar,
cuma anggapan mereka yang nggak suka aja sama aktivitas dakwah. Kita nggak
gentar, karena Allah menjanjikan kenikmatan dalam bentuk lain. Firman Allah Swt.:
�Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: �Tuhan
kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): �Janganlah kamu merasa takut dan janganlah
kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu�.
(QS Fushilat
[41]: 30)
Jadi jangan cemas, hanya karena
dijauhi oleh orang-orang yang tak mau mendengar dakwah kita. Kita nggak pernah
benar-benar sendiri kok. Karena Allah akan senantiasa bersama orang-orang yang
berjuang membela agamaNya. Yakin deh. Itu sebabnya, tetap semangat! [solihin: sholihin@gmx.net]
Sumber : STUDIA Edisi 262/Tahun ke-6 (19 September
2005)
0 komentar:
Posting Komentar