Wacks?
Ini bukan perlombaan saudara-saudara, tapi ini sebagai salah satu bentuk
sindiran buat kita-kita. Harap dicatet ya, bukan berarti saya yang nulis udah
dapet gelar paling peduli. Nggak juga. Tapi ini adalah �sentilan'
buat semuanya, termasuk yang nulis. Hehehe.. bener lho, banyak banget di antara
kita yang cuek abis terhadap segala macam problema. Kalo udah cuek alias nggak
peduli, alamat hidup cuma untuk kesenangannya masing-masing. Yang lain? Emang
gue pikirin? Waduh!
Oya,
sifat cuek ini bisa ngendon dalam diri seseorang secara pribadi, bisa juga
kompakan alias banyak orang yang sepemikiran dan seperasaan untuk sama-sama
mengamalkan: �Emang Gue Pikirin?�
Nah lho, kalo udah kayak begini, bisa berabe tuh. Maklumlah, kalo semuanya
enjoy dengan urusan masing-masing, apa ia akan peduli dengan masalah umat ini?
Hmm.. jangan harap deh.
Sobat
muda muslim, kondisi ini udah menggejala. Namanya menggejala berarti udah
banyak yang mengamalkan. Contohnya, ketika seks bebas yang digeber abis-abisan
ama remaja sekarang, banyak orang cuma mampu geleng-geleng kepala. Selanjutnya,
�Biarin dah. Bukan urusan gua!�
Gubrak!
Ketika
muslim Palestina digempur Israel, ketika rakyat muslim Irak digebukkin pasukan
AS, saat Aceh membara, pas kemiskinan menjerat leher saudara kita, sebagian
besar dari kita asyik dengan kehidupannya. Cuma segelintir orang yang
bela-belain protes di jalanan. Hanya sedikit orang yang rela berpanas-panasan
dan diguyur hujan untuk meyakinkan orang-orang bahwa kita wajib peduli dengan
nasib saudara kita. Syukur-syukur kepedulian kita diwujudkan dengan lebih besar
dan banyak, ya minimal banget adalah mengirimkan doa. Tega banget deh kalo
kepedulian yang minimal pun nggak kita lakukan.
Sikap
cuek juga nampak dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak remaja yang semau gue
dalam berbuat. Ketika diingetin sama temanya, �Eh,
kamu kok pacaran sih?� Mereka kompakan ngomong, �Kalo
jomblo jangan belagu ya!� Duilee.. yang ngingetin malah
dikatain begitu. Duh, maksiat kok nekat euy! Sadar ngapa?
Kalo
diitung-itung, meski nggak pake hasil penelitian yang akurat, ini sekadar melihat
fakta di lapangan aja, ternyata antara yang peduli dengan yang cuek banyakan
yang cuek tuh. Nah, kalo mau dipersempit lagi, siapa yang paling cuek di antara
yang cuek? Kamu jangan ngacung bro. Malu! Heheheh..
Kriteria
paling cuek jatuh kepada mereka yang cuek abis terhadap agamanya. Di bawahnya
ada dua lagi. Nah, kalo mau dirunut begini: paling cuek pertama adalah mereka
yang nggak mau tahu ajaran apa aja dalam agamanya ini. Masih ngaku Islam sih,
tapi doi nggak mau ambil pusing kudu mengamalkan ini dan itu dalam ajaran
agamanya. Pokoknya, cuek abis. Prinsip doi, �Gue
suka kebebasan. Agama itu mengekang. Agama bagi gue cuma status aja. Itu pun
kalo ada yang nanya agama gue apa.�
Wasyah!
Tipe
mereka yang tercuek kedua adalah, nggak peduli dengan nasib saudaranya sesama
muslim. Kalo doi udah asyik, nyang lain silakan minggir. Ada tetangga or temannya
yang kelaparan, sebodo amat. Ada temannya yang sakit, silakan urus sendiri.
Duilee.. kejam bin sadis begitu. Apa iya kalo kamu yang kebagian jatah susah
orang mau nolong? Catet tuh. Emangnya di dunia ini cuma dikau seorang yang
berhak suka-suka?
Nah,
yang paling cuek ketiga adalah mereka yang nggak mau tahu nasib keluarganya
sendiri. Walah, ini juga berat euy. Kalo sama keluarga dekat aja nggak peduli,
gimana mau peduli sama tetangga atau saudara seakidah yang terpisahkan oleh
batas wilayah? Hmm� menyedihkan banget.
Kebebasan akan menguburmu
Tentu
yang dimaksud kebebasan di sini adalah bebas berbuat sesukanya. Nyang penting
asyik. Sekali lagi, asyik. Pokoknya, kalo perbuatan itu membuatnya enjoy dalam
menikmatinya, hajar terus. Padahal, nggak jarang yang dilakukannya itu justru
dilarang dalam ajaran Islam. Kalo semua remaja muslim, atau kaum muslimin
banyak yang berbuat begini, rasanya pantas jika Allah benci ama kita-kita.
Gimana
nggak, atas nama kebebasan berbuat, sebagian dari kita tak malu berbuat
maksiat. Inilah orang yang cuek ama ajaran agamanya. Mereka yang cuek ama
ajaran agamanya, biasanya nggak risih atau was-was kalo telah berbuat serong.
Sebaliknya, dianggap wajar aja. Duh, beraninya membangkang Allah dan Rasul-Nya.
Astaghfirullah�
Sobat
muda muslim, sikap cuek terhadap ajaran Islam ini emang bukan tanpa sebab.
Ibarat kata pepatah, tak ada asap kalo nggak ada api. Itu artinya banyak kaum
muslimin, termasuk remaja yang bebas berbuat sesukanya karena mereka udah
terbiasa hidup dalam lingkungan yang liar. Gimana nggak, dalam sistem
kapitalisme yang menjadikan kebebasan sebagai asas berbuat telah tumbuh subur
para aktivis per-misivisme. Gaswat tuh!
Bukti
bahwa banyak yang cuek ama ajaran agamanya bisa kamu lihat ketika nonton berita
kriminal di televisi. Banyak sih yang ngaku muslim, tapi jadi bandar narkoba.
Ada juga yang di KTP-nya tertulis Islam dalam kolom agama, tapi pelaku seks
bebas. Hmm� ini membuktikan bahwa
beliau-beliau ini udah nggak peduli lagi dengan ajaran agamanya. Sangat boleh
jadi lho mereka nggak ngeh mana yang dihalalkan dan mana yang diharamkan.
Ckckckckck..
Seandaianya
kecuekan terhadap ajaran Islam ini terus berlangsung, alamat kehancuran yang
akan didapat. Ingat lho firman Allah Swt.:
�Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).� (QS ar-Ruum [30]: 41)
Contohnya
sekarang, Kamu masih inget kan dengan penelitian yang menyebutkan 97,05 persen
mahasiswi di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi? Wow, sungguh mencengangkan
dan mengerikan mengetahui kehidupan seks mahasiswi di kota pelajar Yogyakarta.
Benar. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan
serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) menunjukkan hampir
97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanannya saat kuliah.
Seperti
yang ditulis detik.com
pada 2 Agustus 2002 lalu, bahwa yang lebih mengenaskan, semua
responden mengaku melakukan hubungan seks tanpa ada paksaan. Semua dilakukan
atas dasar suka sama suka dan ada�nya
kebutuhan. Selain itu, ada sebagian responden mengaku melakukan hubungan seks
dengan lebih dari satu pasangan dan tidak ber�sifat
komersil. Wah, wah, wah.
Kenapa
bisa begini? Boleh jadi banyak teman remaja yang menganggap bahwa rasa cinta
itu nggak seru kalo nggak diekspresikan dengan pacaran. Pacaran pun nggak asyik
kalo nggak dibumbui dengan aktivitas seks. Gedubrak. Benar-benar liar tuh!
Jangan
heran dan jangan kaget kalo saat ini berkembang remaja-remaja yang free thinker ,
alias pemikir bebas. Ciri-cirinya? Kalo dalam urusan seks, remaja-remaja model
begini nggak kenal kata takut dosa. Pokoknya, �semau
gue� deh. Kalo itu mengasyikan, kalo
itu bikin takjub, hajar aja tanpa ampun. Nggak peduli lagi gimana kalo nanti
hamil di luar nikah. Nggak ambil pusing lagi kalo nanti kena penyakit seksual
menular. Pendek kata, asal itu dilakukan atas dasar suka sama suka,
menyenangkan, dan menghibur nggak peduli lagi dengan urusan dosa. Toh, biasanya
mereka menganggap bahwa agama hanya sekadar alat bantu di kala butuh ketenangan
jiwa. Waduh!
Oya,
kasus yang �sodaraan' ama seks bebas adalah
narkoba dan kriminalitas. Wuih, di jalur ini pun remaja udah banyak yang jadi
aktivisnya. Berdasarkan catatan sebuah lembaga konseling narkoba menyebutkan
bahwa di Jakarta saja, dari 110 kelurahan yang ada, semuanya nggak bebas
narkoba. Terus peredaran uang dari bisnis narkoba ini di Jakarta sehari bisa
menyentuh angka Rp 4 miliar. Waduh, heboh juga ya?
Menurut
perkiraan Prof Dr Dadang Hawari, angka pengguna narkoba di Tanah Air mencapai
tiga juta orang. Setiap pecandu diperkirakan membelanjakan uangnya Rp
100.000-Rp 300.000 per hari untuk membeli obat-obatan berbahaya. ( Tempo ,
27/5/2001). Bila jumlah pengguna dan uang jatah membeli barang-barang haram itu
dikalikan, diperoleh angka Rp 300 milyar- Rp 900 milyar. Kisaran inilah sales industri
narkoba di wilayah Indonesia untuk satu hari. Tetapi, jika yang digunakan data
dari Departemen Pendidikan Nasional akan lebih tinggi lagi besarannya, empat
juta pengguna (Majalah Interview, 20/1/2001). Omzet per hari dapat mencapai
Rp 400 milyar-Rp 1,2 trilyun.
Kalo
udah kena? Walah, berat euy pengobatannya. Biaya yang biasa diperlukan untuk
terapi ini di Jakarta bervariasi dari 20 ribu sampai 75 ribu rupiah per
pertemuan. Bahkan ada yang harus berobat sampe 20 kali pertemuan ( HAI, No 6
Tahun 25 ). Belum lagi harga obat lainnya. Untuk menghantam
pengaruh morfin di dalam tubuh penderita, ada yang harus minum obat rata-rata
10-12 butir per hari. Harga obatnya sendiri mencapai 1,5 juta sampe 2 juta
perak per 50 butir. Maklum obat impor. Nah lho..
Sadar dooong!
Emang nggak mudah kalo nerima kritik dari orang lain. Nggak heran
bila kemudian muncul sikap arogan dalam diri kita. Ya, kayak temen kamu yang
punya prinsip �Emang
gue pikirin�
itu. Sikap seperti itu muncul karena kamu nggak mau diganggu gugat atas
perbuatan yang kamu lakukan. Lalu kamu balik menyerang. Kalo perbuatan yang
kamu lakukan bener, terus ada yang ngritik, dan kamu balik menyerang, tentu itu
beralasan dong. Tapi kalo perbuatan kamu salah, terus kamu menolak ditegur,
berarti kamu emang arogan alias nggak mau berlapang dada. Hati-hati ya.
Soalnya, manusia itu nggak ada yang sempurna. Semua manusia punya sisi gelap
dan sisi terang dalam hidupnya.
Orang yang arogan alias sombong, biasanya menolak kebenaran yang
datang kepadanya. Itu sebabnya, tujuan hidupnya bukan nyari kebenaran, tapi
pembenaran atas per-buatannya. Itu bahaya. Allah Swt. murka lho, sama orang
yang model begini. Firman-Nya:�
�Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.� (QS Luqman [31]: 18)
Dan
sebaliknya orang yang ikhlas, berlapang dada, mau menerima kritik dari orang
lain, itulah yang dinginkan oleh Allah Swt. Firman-Nya:�
�dan (aku telah diperintah): �Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.� (QS Yunus [10]: 105)
Oke
deh, mulai sekarang kita kudu sadar. Nggak cuek lagi ya sama ajaran agama kita,
nggak cuek ama nasib saudara seakidah, juga nggak diem aja ama nasib keluarga
kita sendiri. Kita kudu peduli. Peduli sama ideologi Islam? Wajib euy. Ideologi
lain? Lewaaaat! Jadi, cuek? Udah basi tuh! [solihin]
Sumber : STUDIA Edisi
163/Tahun ke-4 (22 September 2003)
0 komentar:
Posting Komentar